KERAJAAN TARUMANEGARA
Letak kerajaan Tarumanegara adalah di Jawa Barat
tepatnya di Bogor.Sumber beritanya di bagi menjadi 2 yaitu beritadari Cina dan
Prasasti-Prasasti.Raja terbesarnya adalah Purnawarman,prasati yang paling
terkenal adalah Prasati Tugu di Cilincing,Tj.Priok, Jakarta.
Isi
prasati Tugu tentang pembangunan atau
pengairan saluran Gomati dan Candrabraga yang fungsi nya adalah :
1.Sarana
pencegah banjir.
2.Pengairan/irigasi.
3.Transportasi.
Yang
di buat di sekitar lokasi kerajaan adalah saluran Gomati dan di gunakan untuk
memperlancar transportasi antara kerajaan ke daerah-daerah pedalaman.
Peninggalannya
tujuh prasasti
berhuruf Pallawa berbahasa Sansekerta. Tidak
berangka tahun,
dilihat dari langgam hurufnya atau bentuk
hurufnya prasasti tersebut ditulis ± abad V M
yang sumbernya dari Cina.
Berita dari
musafir Cina yaitu Fa-Hein. Berita Cina
menyebutkan adanya kerajaan bernama To-lo-mo
(Tarumanegara) pernah mengirimkan utusan ke Cina pada masa dinasti Tang yaitu
pada tahun 528,538,665,dan 666 M.
Mata
pencaharian masyarakat Tarumanegara adalah bertani dan berternak yand di
ketahui dari prasasti tugu tentang pembangunan dan pengairan saluran Gomati
yang panjangnya 6112 tombak atau setara 12 km yang selesai pada 21 hari.Setelah
selesai pembangunan raja Purnawarman mengadakan selamatan dengan memberikan
hadiah 1.000 ekor lembu kepada para brahmana,prasati tugu juga menyebutkan di
buatnya saluran Candrabaga.
Tarumanegara meninggalkan 7 (tujuh)
prasasti:
Prasasti Ciaruteun
Prasasti Ciaruteun
atau prasasti Ciampea ditemukan ditepi sungai Ciarunteun, dekat muara sungai
Cisadane Bogor prasasti tersebut menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta
.yang terdiri dari 4 baris disusun ke dalam bentuk Sloka
dengan metrum Anustubh. Di samping itu terdapat lukisan semacam laba-laba serta
sepasang telapak kaki Raja Purnawarman.
Gambar telapak kaki pada prasasti
Ciarunteun mempunyai 2 arti yaitu:
1.
Cap telapak kaki
melambangkan kekuasaan raja atas daerah tersebut (tempat ditemukannya prasasti
tersebut).
2.
Cap telapak kaki
melambangkan kekuasaan dan eksistensi seseorang (biasanya penguasa) sekaligus
penghormatan sebagai dewa. Hal ini berarti menegaskan kedudukan Purnawarman
yang diibaratkan dewa Wisnu maka dianggap sebagai penguasa sekaligus pelindung
rakyat
Prasasti Jambu
Prasasti Jambu atau prasasti Pasir
Koleangkak, ditemukan di bukit Koleangkak di perkebunan jambu, sekitar 30 km
sebelah barat Bogor, prasasti ini juga menggunakan bahasa
Sanskerta dan huruf Pallawa serta terdapat gambar telapak kaki yang isinya
memuji pemerintahan raja Mulawarman.
Prasasti Kebonkopi
Prasasti Kebonkopi
ditemukan di kampung Muara Hilir kecamatan Cibungbulang Bogor . Yang menarik
dari prasasti ini adalah adanya lukisan tapak kaki gajah, yang disamakan dengan
tapak kaki gajah Airawata, yaitu gajah tunggangan dewa Wisnu
.
Prasasti Muara
Cianten
Prasasti Muara
Cianten, ditemukan di Bogor, tertulis dalam aksara ikal yang belum
dapat dibaca. Di samping tulisan terdapat lukisan telapak kaki.
Prasasti Pasir awi
Prasasti Pasir Awi
ditemukan di daerah Leuwiliang, juga tertulis dalam aksara ikal yang belum
dapat dibaca.
Prasasti
Cidanghiyang
Prasasti
Cidanghiyang atau prasasti Lebak, ditemukan di kampung lebak di tepi
sungai Cidanghiang, kecamatan Munjul kabupaten Pandeglang Banten. Prasasti ini
baru ditemukan tahun 1947 dan berisi 2 baris kalimat berbentuk puisi dengan
huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Isi prasasti tersebut mengagungkan
keberanian raja Purnawarman.
Prasasti Tugu
Prasasti Tugu di Museum Nasional
Prasasti Tugu ditemukan di daerah Tugu,
kecamatan Cilincing Jakarta Utara. Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu
bulat panjang melingkar dan isinya paling panjang dibanding dengan prasasti
Tarumanegara yang lain, sehingga ada beberapa hal yang dapat diketahui dari prasasti
tersebut
Hal-hal yang dapat diketahui dari
prasasti Tugu adalah:
1.
Prasasti Tugu
menyebutkan nama dua buah sungai yang terkenal di Punjab yaitu sungai
Chandrabaga dan Gomati. Dengan adanya keterangan dua buah sungai tersebut
menimbulkan tafsiran dari para sarjana salah satunya menurut Poerbatjaraka.
Sehingga secara Etimologi (ilmu yang mempelajari tentang istilah) sungai
Chandrabaga diartikan sebagai kali Bekasi.
2.
Prasasti Tugu juga
menyebutkan anasir penanggalan walaupun tidak lengkap dengan angka tahunnya
yang disebutkan adalah bulan phalguna dan caitra yang diduga sama dengan bulan
Februari dan April.
3.
Prasasti Tugu yang
menyebutkan dilaksanakannya upacara selamatan oleh Brahmana disertai dengan
seribu ekor sapi yang dihadiahkan raja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar